Bahwa status sosial atau jabatan sosial itu tampknya penting, itu tidak berarti banyak untuk bagaimana kita dikenang oleh orang lain. Karakter yang terwujud dalam tindakan kita adalah yang lebih menentukan.
Karakter itulah yang kita bawa sejak lahir dan diharapkan bisa dikembangkan seiring dengan kita tumbuh besar dalam masyarakat. Sementara semua status sosial yang kita kenal adalah sesuatu yang sangat lahiriah dan pelengkap bagi kehidupan kita. Artinya kita mengetahuinya dan menghasratinya setelah perlahan-lahan kita menjadi sadar dalam hidup bermasyarakat.
Akan tetapi, tidak penting entah kita bisa mencapai apa yang kita inginkan seperti menjadi presiden, gubernur, uskup, imam dan jabatan sosial yang paling dihasrati lainnya, ataukah kita hanya menjadi seorang petani sederhana, kita masing-masing selalu punya kesempatan untuk menunjukkan karakter melalui sikap dan tindakan terhadap orang lain.
Bukankah Malala Yousafzai hanyalah seorang gadis berusia 17 tahun dari Pakistan yang menerima nobel karena perjuangannya untuk akses pendidikan yang merata bagi kaum wanita? Bukankah Anne Frank hanya gadis belasan tahun yang berani menuliskan dan merepresentasikan secara jujur jeritan hatinya dan anak-anak pada masanya semasa rezim NAZI berkuasa?
Toh, kalau kita mau bandingkan lebih jauh, kebanyakan tokoh-tokoh hebat di dunia, dikenang bukan karena jabatan, agama, asal, dan ras apa yang mereka miliki, tetapi lebih karena kesaksian hidup yang mereka tunjukkan. MOther Theresa, dikenang karena begitu murah hati dan berbelas kasih kepada orang miskin, ketimbang karena ia adalah seorang suster dan katolik. Mahatma Gandhi, diingat karena perjuangannya melawan kekuasaan penjajahan, bukan semata-mata karena ia orang India. Nelson Mandela, tokoh pejuang di Afrika Selatan, dihormati dan diagungkan karena perjuangannya melawan diskriminasi ras dan mempromosikan rekonsiliasi nasional. Bahwa ia presiden, perjuangannyalah yang lebih menyentuh perhatian banyak orang.
Hal itu pun dipertegas bahwa begitu banyak orang yang bisa meraih status sosial dan jabatan sosial yang tinggi, namun tak begitu terkenal dan dikenang seiring generasi berganti generasi. Entah bisa menjadi presiden atau Raja, hanya sedikit yang pernah menjadi presiden atau Raja yang dikenal.
Lalu apa maksud dari jabatan sosial dan status sosial yang kita hasrati itu?
Sebetulnya jabatan sosial itu hanyalah suatu ruang yang paling banyak kemungkinannya untuk kita mengaktualisasikan diri dan menunjukkan karakter atau talenta yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Inilah ruang manisfestasinya yang paling mungkin dan signifikan.
Akan tetapi dalam kenyataannya, kita menghasrati suatu jabatan sosial bukan karena motivasi demi aktualisasi diri, melainkan demi privelese atau keuntungan yang ditawarkan oleh status sosial tersebut. Maka terbentuklah kita menjadi pribadi yang coba mengakumulasi semua keuntungan yang kita peroleh dari suatu jabatan sosial dan mencoba survive dengan itu semua.
Mencoba demi survival semata, tentu bukanlah sumber kebahagiaan manusia. Kebahagiaan manusia adalah cinta. Dan cinta adalah bukan soal menerima atau memperoleh tetapi "MEMBERIKAN." Semakin luas dan banyak kita memberi melalui tindakan dan sikap kita, semakin besar rasa senang yang mengisi ruang jiwa kita.
Apakah yang terjadi dengan semua orang yang hanya mengakumulasi kekayaan dari jabatan sosialnya dan tanpa kesadaran untuk memberikan sesuatu kepada orang lain?
Tentu saja adalah kegersangan hati. Inilah krisis yang terberat. Hati yang gersang membuat kita merasa kesepian dan merasa selalu kurang dengan semua yang kita miliki. Sebetulnya itu adalah tanda dari buruknya relasi kita dengan diri sendiri. Boleh dikatakan semacam teguran kepada kita oleh "hati kita sendiri. Akan tetapi, daripada sibuk memperbaikinya, kita lalu mencari pelarian dan coba menghindarinya dengan segala macam kesenangan banal yang kita mau.
Akhirnya Marilah menjelang adven ini, kita memikirkan panggilan hati kita dan lebih bangga dengan apa yang bisa kita berikan melalui sikap dan tindakan kita, daripada status atau jabatan sosial yang kita miliki!
Rahmat
-
Dua malaikat sedang melakukan perjalanan. Ketika malam tiba, mereka
berhenti dan bermaksud menginap di sebuah rumah milik keluarga kaya. Keluarga
itu s...
10 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar