Guru adalah ilmu yang hidup. Gaya hidup mereka sudah menampakkkan ilmu yang mereka mau ajarkan.
Tanpa mengurangi penghargaan terhadap guru-guru yang lain di Kisol,
pengertian itu saya temukan dalam diri seorang pak Blas Tani dan Pak
Laurens Jerahu.
Pak Blas Tani adalah Guru ekonomi. Sudah puluhan
tahun mengajar ekonomi di seminari Kisol, dan setiap pagi masuk kelas,
hampir pasti ia akan mengatakan, " Berita pagi ini di BBC, kurs valuta
asing..blablaa......" Suaranya dibuat naik turun, membuat kelopak mata
kami juga naik turun.
Ia tentu bukan saja mengajarkan teori-teori
ekonomi, tetapi fisafat ekonomi yang sudah mengendap dalam
kehidupannya. Dengan mengenakan baju yang berkerah besar yang berkancing
baju yang besar pula dan celana komprang yang superketat di bagian
lutut, serta sepatu kulit yang tinggi seperti highheels perempuan, ia
berjalan perlahan-lahan dari bangku ke bangku. Di tangannya, ada sebuah
kapur tulis. Siapa saja yang mengantuk, ia akan mencoret dahinya dengan
kapur.
Penampilannya yang begitu sederhana dan kemammpuannya
untuk merawat pakaiannya yang berasal dari era "lampau" itu betul-betul
memukau kami yang berada dalam kelas. Ia membuat kami berpikir, terlepas
dari kerumitan perhitungan akuntasi dan tetek bengek teori-teori besar
ekonomi, ekonomi adalah kemampuan memprioritaskan kebutuhan. dengan kata
lain, Jangan jatuh pada konsumeristis!
Berbedanya darinya yang
begitu berkutat dengan urusan ekonomi, Pak Laurens Jerahu adalah guru
fisika yang berkutat dengan angka-angka dan rumus-rumus dalam ilmu
fisika. Namun ia mengajarkan lebih dari rumus-rumus dan angka-angka itu.
Kalau dilihat, penampilannya tak begitu jauh dari Einstein. Tiap kali
ia masuk kelas, seolah kami sedang siap mendengarkan pencerahan dari
Einstein. Rambutnya mengembang. Kumisnya tebal. Kalau ia berbicara,
hanya bibir bawah saja yang terlihat bergerak. Bibir atas benar-benar
tertutup kumis yang melengkung seperti paruh atas burung elang.
Pernah suatu kali, ketika semua orang mendekat dan mengerumuninya saat
ada protes soal yang sulit, barangkali karena gerah, ia berujar, "peang
koe ye, wau ngis de meu." Meski dengan suara yang agak sengau, tetapi
pesan itu benar-benar jelas, agar kami berlangkah mundur dan
berkonsultasi satu per satu.
Yang membuat ia spesial, barangkali
hanya satu persen guru fisika yang berkemampuan demikian di dunia ini,
adalah ketika kita mengunjungi rumahnya. Di sana kita temukan
bertumpuk-tumpuk alat elektronik yang sedang ia perbaiki. Ada tape,
gitar listrik, setrika listrik, dan masih banyak lagi yang lain. Ia
membongkar, memperbaiki, dan bahkan bisa menemukan koneksi-koneksi baru.
Kabel-kabel menjalar seperti akar pohon dalam ruangannya.
"Pak,
bagaimana cara kerja neutron di sini" tanya seorang teman setengah
bercanda ketika kami mengunjungi rumahnya dan melihat ia sedang
memperbaiki sebuah tape.
Dia berbalik sebentar. Dalam senyum
lebar dia berkata, "kau bantu saya dulu e. Pindahkan kuda di luar tuh ke
belakang rumah." Seekor kuda jantan kesayangannya biasa diikat di depan
rumah. Dan kali itu, daripada menjawab pertanyaan teman saya tentang
fisika, ia malah menyuruh kami untuk memindahkan kuda ke belakang rumah.
Ia sepertinya tahu, kalau teman saya itu selalu tidur dalam kelas
setiap kali pelajarannya.
Akhirnya kepada keduanya dan guru-guru yang lain, terima kasih sedalam-dalamnya!
Rahmat
-
Dua malaikat sedang melakukan perjalanan. Ketika malam tiba, mereka
berhenti dan bermaksud menginap di sebuah rumah milik keluarga kaya. Keluarga
itu s...
10 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar