Pages

Ads 468x60px

Selasa, 25 November 2014

GURU HEBAT

Guru adalah ilmu yang hidup. Gaya hidup mereka sudah menampakkkan ilmu yang mereka mau ajarkan.

Tanpa mengurangi penghargaan terhadap guru-guru yang lain di Kisol, pengertian itu saya temukan dalam diri seorang pak Blas Tani dan Pak Laurens Jerahu.


Pak Blas Tani adalah Guru ekonomi. Sudah puluhan tahun mengajar ekonomi di seminari Kisol, dan setiap pagi masuk kelas, hampir pasti ia akan mengatakan, " Berita pagi ini di BBC, kurs valuta asing..blablaa......" Suaranya dibuat naik turun, membuat kelopak mata kami juga naik turun.

Ia tentu bukan saja mengajarkan teori-teori ekonomi, tetapi fisafat ekonomi yang sudah mengendap dalam kehidupannya. Dengan mengenakan baju yang berkerah besar yang berkancing baju yang besar pula dan celana komprang yang superketat di bagian lutut, serta sepatu kulit yang tinggi seperti highheels perempuan, ia berjalan perlahan-lahan dari bangku ke bangku. Di tangannya, ada sebuah kapur tulis. Siapa saja yang mengantuk, ia akan mencoret dahinya dengan kapur.

Penampilannya yang begitu sederhana dan kemammpuannya untuk merawat pakaiannya yang berasal dari era "lampau" itu betul-betul memukau kami yang berada dalam kelas. Ia membuat kami berpikir, terlepas dari kerumitan perhitungan akuntasi dan tetek bengek teori-teori besar ekonomi, ekonomi adalah kemampuan memprioritaskan kebutuhan. dengan kata lain, Jangan jatuh pada konsumeristis!

Berbedanya darinya yang begitu berkutat dengan urusan ekonomi, Pak Laurens Jerahu adalah guru fisika yang berkutat dengan angka-angka dan rumus-rumus dalam ilmu fisika. Namun ia mengajarkan lebih dari rumus-rumus dan angka-angka itu.

Kalau dilihat, penampilannya tak begitu jauh dari Einstein. Tiap kali ia masuk kelas, seolah kami sedang siap mendengarkan pencerahan dari Einstein. Rambutnya mengembang. Kumisnya tebal. Kalau ia berbicara, hanya bibir bawah saja yang terlihat bergerak. Bibir atas benar-benar tertutup kumis yang melengkung seperti paruh atas burung elang.

Pernah suatu kali, ketika semua orang mendekat dan mengerumuninya saat ada protes soal yang sulit, barangkali karena gerah, ia berujar, "peang koe ye, wau ngis de meu." Meski dengan suara yang agak sengau, tetapi pesan itu benar-benar jelas, agar kami berlangkah mundur dan berkonsultasi satu per satu.

Yang membuat ia spesial, barangkali hanya satu persen guru fisika yang berkemampuan demikian di dunia ini, adalah ketika kita mengunjungi rumahnya. Di sana kita temukan bertumpuk-tumpuk alat elektronik yang sedang ia perbaiki. Ada tape, gitar listrik, setrika listrik, dan masih banyak lagi yang lain. Ia membongkar, memperbaiki, dan bahkan bisa menemukan koneksi-koneksi baru. Kabel-kabel menjalar seperti akar pohon dalam ruangannya.

"Pak, bagaimana cara kerja neutron di sini" tanya seorang teman setengah bercanda ketika kami mengunjungi rumahnya dan melihat ia sedang memperbaiki sebuah tape.

Dia berbalik sebentar. Dalam senyum lebar dia berkata, "kau bantu saya dulu e. Pindahkan kuda di luar tuh ke belakang rumah." Seekor kuda jantan kesayangannya biasa diikat di depan rumah. Dan kali itu, daripada menjawab pertanyaan teman saya tentang fisika, ia malah menyuruh kami untuk memindahkan kuda ke belakang rumah. Ia sepertinya tahu, kalau teman saya itu selalu tidur dalam kelas setiap kali pelajarannya.

Akhirnya kepada keduanya dan guru-guru yang lain, terima kasih sedalam-dalamnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

simple text

Gregorius Afioma

Sample Text

Sample Text