Waktu baru menunjukkan pukul 16.00. Sekitar tiga jam lagi, pikirku
dalam hati. Janji bertemu dokter sekitar pukul 19.00-an ke atas.
Menunggu
adalah pekerjaan yang paling membosankan. Untuk menghindari itu, begitu
keluar dari ruang kelas pada pukul 16.00, saya langsung menuju ke
perpustakaan yang terletak di lantai dua. Selain untuk menghindar dari
rasa bosan menunggu, juga untuk menghindari udara dingin yang begitu
menyengat tulang pada bulan ini. Kebetulan rumah sakit berada dalam
kompleks yang sama dengan kampus.
Ketika hendak memasuki
gedung perpustakaan, di tangga masuk gedung itu, seorang mahasiswa
berkacamata dan mengenakan baju kaus menatap tajam ke arah saya. Saya
mengabaikannya saja dan berjalan terus menuju ke perpustakaan.
Dua
jam dalam perpustakaan, seperti memasukkan pantat ke dalam oven. Segera
saya keluar dari perpustakaan. Di tangga itu, saya melihat orang itu
lagi. Dia masih duduk di tempat yang sama. Ia tak bergerak sedikitpun.
Barangkali ia memikirkan sesuatu, pikirku. Sementara itu masih banyak
mahasiswa yang masih lalu-lalang di sekitar gedung berlantai tujuh itu.
Saya
hanya menatapnya sekilas dari arah belakang, sambil mengambil jaket
dalam tas, karena udara dingin terasa mulai menyetrum bulu kuduk. Saya
kemudian langsung menuju rumah sakit.
Lagi-lagi, menunggu
memang pekerjaan paling membosankan. Waktu sudah menunjukkan pukul
19.00, ternyata dokter belum ada. Dengan sedikit rasa kesal, saya keluar
dari rumah sakit dan membeli segelas kopi. Tiba-tiba terbersit dlm
benak saya untuk melihat laki-laki tadi. Barangkali dia masih ada di
sana.
Saya pun menuju gedung perpustakaan tadi. Hari
sudah gelap dan terasa bertambah dingin. Dugaan saya benar. Dia tetap
duduk laksana patung. Timbul rasa ingin tahu dalam hati saya.
Lalu
saya duduk di salah satu anak tangga itu sambil minum kopi, di salah
satu sudut yg cukup dekat dengannya. Sementara itu, masih ada mahasiswa
yang mondar-mandir di sekitar tangga itu. Mereka mengambil kelas malam.
Rasa ingin tahu saya semakin besar. Apa yg dipikirkannya? Kenapa dia bertahan duduk begitu lama di tempat yang sama?
Perasaan
saya mengatakan barangkali dia sedang mengalami masalah dalam
keluarganya. Soalnya minggu lalu, ketika ada tugas wawancara, tiga org
mahasiswa menceritakan bagaimana sedihnya menjadi anak dari keluarga
yang broken. Barangkali dia adalah salah satunya berhubung maraknya kasus broken home di sini.
Saya
perhatikan jam tangan, hampir pukul 21.00. Saya berdiri dan ingin
mendekatinya, namun saya urungkan sebentar ketika seorang gadis cantik
datang menghampirinya.
Gadis itu menepuk bahunya dari
belakang. Dia menoleh dan segera berdiri dengan wajah yang cerah.
Keduanya bergandengan, berpelukkan, dan berjalan pelan menuju gerbang
kampus, lalu hilang dari pandangan saya dalam gelap dan udara dingin
yang bertiup lembut.
Saint Louis University, 21 January 2014
Membeli Cinta
-
Di sebuah daerah tinggalah seorang saudagar yang kaya raya. Dia mempunyai
seorang hamba yang sangat lugu. Begitu lugunya, hingga orang memanggilnya
“si bo...
10 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar