Pages

Ads 468x60px

Minggu, 09 Maret 2014

Kesetiaan Laki-Laki

Waktu baru menunjukkan pukul 16.00. Sekitar tiga jam lagi, pikirku dalam hati. Janji bertemu dokter sekitar pukul 19.00-an ke atas.

Menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Untuk menghindari itu, begitu keluar dari ruang kelas pada pukul 16.00, saya langsung menuju ke perpustakaan yang terletak di lantai dua. Selain untuk menghindar dari rasa bosan menunggu, juga untuk menghindari udara dingin yang begitu menyengat tulang pada bulan ini. Kebetulan rumah sakit berada dalam kompleks yang sama dengan kampus.


Ketika hendak memasuki gedung perpustakaan, di tangga masuk gedung itu, seorang mahasiswa berkacamata dan mengenakan baju kaus menatap tajam ke arah saya. Saya mengabaikannya saja dan berjalan terus menuju ke perpustakaan.

Dua jam dalam perpustakaan, seperti memasukkan pantat ke dalam oven. Segera saya keluar dari perpustakaan. Di tangga itu, saya melihat orang itu lagi. Dia masih duduk di tempat yang sama. Ia tak bergerak sedikitpun. Barangkali ia memikirkan sesuatu, pikirku. Sementara itu masih banyak mahasiswa yang masih lalu-lalang  di sekitar gedung berlantai tujuh itu.

Saya hanya menatapnya sekilas dari arah belakang, sambil mengambil jaket dalam tas, karena udara dingin terasa mulai menyetrum bulu kuduk.  Saya kemudian langsung menuju rumah sakit.

Lagi-lagi, menunggu memang pekerjaan paling membosankan. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00, ternyata dokter belum ada. Dengan sedikit rasa kesal, saya keluar dari rumah sakit dan membeli segelas kopi. Tiba-tiba  terbersit dlm benak saya untuk melihat laki-laki tadi. Barangkali dia masih ada di sana.

Saya pun menuju gedung perpustakaan tadi.  Hari sudah gelap dan terasa bertambah dingin. Dugaan saya benar. Dia tetap duduk laksana patung.  Timbul rasa ingin tahu dalam hati saya.

Lalu saya duduk di salah satu anak tangga itu sambil minum kopi, di salah satu sudut yg cukup dekat dengannya. Sementara itu, masih ada mahasiswa yang mondar-mandir di sekitar tangga itu. Mereka mengambil kelas malam.

Rasa ingin tahu saya semakin besar. Apa yg dipikirkannya? Kenapa dia  bertahan duduk begitu lama di tempat yang sama?

Perasaan saya mengatakan barangkali dia sedang mengalami masalah dalam keluarganya. Soalnya minggu lalu, ketika ada tugas wawancara, tiga org mahasiswa menceritakan bagaimana sedihnya menjadi anak dari keluarga yang broken. Barangkali dia adalah salah satunya berhubung maraknya kasus broken home di sini.

Saya perhatikan jam tangan, hampir pukul 21.00. Saya berdiri dan ingin mendekatinya, namun saya urungkan sebentar ketika seorang gadis cantik datang menghampirinya.

Gadis itu menepuk bahunya dari belakang. Dia menoleh dan segera berdiri dengan wajah yang cerah. Keduanya bergandengan, berpelukkan, dan berjalan pelan menuju gerbang kampus, lalu hilang dari pandangan saya dalam gelap dan udara dingin yang bertiup lembut.



Saint Louis University, 21 January 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

simple text

Gregorius Afioma

Sample Text

Sample Text