Melewati pertengkaran panjang dengan ayahnya, anak dari seorang kaya raya tersebut akhirnya memilih hidup miskin. Gaya hidup demikian menjadi kritikan bagi gereja pada zamannya yg terkesan glamor. Tak hanya itu ia kemudian dikenal sebagai seorang mediator sejati yg membatalkan perang antara pasukan kristen dan muslim. Persahabatannya dengan makhluk ciptaan lain merupakan kisah menarik lain tentang santo Fransiskus.
Kehidupannya menggambarkan bahwa sebagaimana org miskin berjuang mati-matian menjadi kaya dan menikmati kemewahan, demikian pula orang yg sudah terlanjur kaya. Menjadi miskin tdklah mudah bagi mereka. Butuh perjuangan.
Mengapa bgitu sulit?? Tentu saja tdk lepas dari karakter dasar manusia
sebagai makluk yg berkeinginan. Selalu menginginkan sesuatu dan berjuang
untuk memenuhinya.
Ia tidak menampik ciri dasar itu. Yang ia lakukan selama bertahun-tahun adalah bergulat dan berdialog dengan dirinya sendiri. Hasrat untuk menginginkan sesuatu tdk bisa dihapus, tapi Ia coba menetralkan semua keinginan itu dengan cara memberikan pengertian-pengertian dan kebijaksanaan terhadap keinginannya sendiri. Sebab perang yg sesungguhnya adalah dengan diri sendiri.
Lalu ketika ia selama bertahun-tahun bisa menetralkan semua keinginan dan nafsu pribadinya, pada akhrinya ia berkata, "Tuhan jadikanlah aku pembawa damai-Mu." Sebagaimana Maria, ia pasrah dan membiarkan keinginan ALlah yg bekerja dalam dirinya yg tak punya kepentingan atau agenda pribadi lagi.
Tentang nafsu tdk selalu dipuaskan atau dikejar itu ditunjukkan pengalaman P. Martin Harun, OFM pada suatu sore. Di bawah rintik" hujan di kota Jkrta, ia didekati seorang pengemis yg mengaku lapar. Ia tak punya uang saat itu, kecuali sebuah roti di dalam tasnya. Lalu ia memberikan kepadanya.
Tak lama berselang, seorang pengemis lain mendekatinya. Meminta hal yg sama. Karena tak ada yg bisa diberikan, pengemis itu pergi dengan kecewa.
Namun dari jauh, P. Martin melihat bahwa pengemis yg pertama mendekati pengemis yg datang terakhir. Ia membagikan roti kepunyaannya.
Yang menyentuhnya adalah dalam kelaparan yg hebat pengemis pertama itu masih bisa berbagi. Ia mengendalikan hasrat untuk menjadi kenyang dengan berbagi.
Mampukah kita mengerem setiap hasrat dan kepentingan yg selalu saja kita kejar dan ingin puaskan?? Amin.
Ia tidak menampik ciri dasar itu. Yang ia lakukan selama bertahun-tahun adalah bergulat dan berdialog dengan dirinya sendiri. Hasrat untuk menginginkan sesuatu tdk bisa dihapus, tapi Ia coba menetralkan semua keinginan itu dengan cara memberikan pengertian-pengertian dan kebijaksanaan terhadap keinginannya sendiri. Sebab perang yg sesungguhnya adalah dengan diri sendiri.
Lalu ketika ia selama bertahun-tahun bisa menetralkan semua keinginan dan nafsu pribadinya, pada akhrinya ia berkata, "Tuhan jadikanlah aku pembawa damai-Mu." Sebagaimana Maria, ia pasrah dan membiarkan keinginan ALlah yg bekerja dalam dirinya yg tak punya kepentingan atau agenda pribadi lagi.
Tentang nafsu tdk selalu dipuaskan atau dikejar itu ditunjukkan pengalaman P. Martin Harun, OFM pada suatu sore. Di bawah rintik" hujan di kota Jkrta, ia didekati seorang pengemis yg mengaku lapar. Ia tak punya uang saat itu, kecuali sebuah roti di dalam tasnya. Lalu ia memberikan kepadanya.
Tak lama berselang, seorang pengemis lain mendekatinya. Meminta hal yg sama. Karena tak ada yg bisa diberikan, pengemis itu pergi dengan kecewa.
Namun dari jauh, P. Martin melihat bahwa pengemis yg pertama mendekati pengemis yg datang terakhir. Ia membagikan roti kepunyaannya.
Yang menyentuhnya adalah dalam kelaparan yg hebat pengemis pertama itu masih bisa berbagi. Ia mengendalikan hasrat untuk menjadi kenyang dengan berbagi.
Mampukah kita mengerem setiap hasrat dan kepentingan yg selalu saja kita kejar dan ingin puaskan?? Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar