Kita kerap berdoa, bahkan harus selalu berdoa. Beragam aksi tubuh
seperti berlutut, berdiri,bersila, dan sebagainya diperagakan demi
khusyuk dalam doa. Tidak kurang juga berbagai buku diterbitkan, baik
mengenai devosi-devosi maupun cara-cara berdoa.
Dapat saja terjadi, kita memahaminya dengan baik, bagaimana seharusnya berdoa. Tapi patut diingat, gejala self-centered atau self-seeking
bukan cerita asing dalam berdoa. Kerap dipraktikan kebanyakan orang
bahkan tidak pernah menyadarinya. Gejala seperti terlihat, ketika kita
lebih dominan memikirkan apa yang kita inginkan dan tidak punya
kesempatan untuk berpikir, apa yang Allah kehendaki. Terlalu banyak
menyampaikan permohonan tetapi tidak memberi waktu untuk TUhan
berbicara. Lebih banyak mengucapkan doa daripada mendengar sabda Allah.
Lantas, pertanyaannya adalah bagaimana seharusnya berdoa. Terkait
dengan pertanyaan tersebut, kita tidak dapat memisahkan diri dari doa
yang diajarkan Yesus sendiri, yakni Doa Bapa Kami. Kita belajar dari doa
tersebut. Menempatkannya pada ruang yang tepat dan dipahami secara
benar. Dengan demikian, apakah yang seharusnya kita pelajari dari doa
Bapa Kami?
Pada bagian pertama Doa Bapa Kami dimulai
dengan menyampaikan tiga permohonan utama. Yang pertama adalah menyapa
nama Allah. Kemudian, mengundang kehadiran kerajaan Allah. Yang terakhir
adalah memasrahkan diri terhadap kehendak Allah. Begitulah pada bagian
pertama, Allah ditempatkan sebagai pusat gambar. Dialah gambar utama.
Jelas bahwa struktur doa yang terungkap pada bagian pertama adalah
pertama-tama mengungkapkan memori akan kemuliaan Allah. Disusul memori
akan tujuan Allah. Diakhiri dengan penerimaan dan kepasrahan terhadap
kehendak Allah.
Selanjutnya, pada bagian kedua doa Bapa Kami juga
mengungkapkan tiga permohonan. Antara lain adalah menyampaikan kebutuhan
saat ini (present need), mengenangkan dosa (past sin),
dan menginginkan kesuksesan dan kebaikan di masa mendatang. Boleh
dikatakan, bagian kedua ini adalah gambar yang mengintari dan mendukung
gambar utama, yakni pribadi Allah sendiri. Dengan kata lain, apabila
gambar utama ditempatkan secara tepat, otomatis sekelilingnya juga akan
baik.
Selain itu, bagian kedua ini menegaskan pengakuan
akan karya Allah Trinitas. Wajah kita
dihadapkan kepada realitas Allah
Tritunggal. “makanan harian” menegaskan sekaligus mengingat Allah Bapa.
Dia adalah pencipta dan penyelenggara kehidupan. Sementara, doa untuk
pengampunan merenungkan keberadaan Allah Putera sebagai penyelamat umat
manusia. Sedangkan doa untuk masa depan tanpa dosa mengingat Allah Roh
Kudus. Dengan demikian, tiga permohonan ini mengangkat keseluruhan hidup
manusia kepada realitas keilahian, yakni Allah Bapa, Allah Putera, dan
Allah Roh Kudus.
Menelaah struktur doa Bapa Kami memberi
makna bahwa kita tidak boleh jatuh pada kecendrungan memusatkan diri.
Allah seolah-olah dinomorduakan. Juga pola doa bapa kami harus menjadi
pola standar bagi doa-doa kita. (JG7)
11 September 2011
Membeli Cinta
-
Di sebuah daerah tinggalah seorang saudagar yang kaya raya. Dia mempunyai
seorang hamba yang sangat lugu. Begitu lugunya, hingga orang memanggilnya
“si bo...
10 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar